Monday, December 30, 2013

Soreku di Garbage City dan Sang Gereja Tua

Sore itu, aku dan tiga teman sekuliyahku berkesempatan memanfaatkan masa libur untuk berjalan-jalan disekitar sebuah gunung batu, bernama Jabal Muqattam.

Beberapa bulan lalu kami sudah punya rencana, namun baru terealisasikan. Yah maklum, banyak kesibukan yang tak menentu. Nah saat itu, kami mengunjungi sebuah Gereja kuno yang ada didalam gunung muqottom tersebut. Bangunan ini merupakan salah satu aset sejarah mesir yang punya nilai sejarah tersendiri.

Bentuknya masih apik dan terjaga dengan baik, setiap bagian bangunannya bersih, menunjukkan gereja ini dirawat secara total. Gereja koptik ini, menurut sejarah adalah karya seni orang-orang kristen koptik mesir, yang ingin mendirikan ma'bad, tempat ibadah, lalu memahat bukit disekitarnya.
Dari letaknya, Gereja ini berlokasi di dalam bukit dan ruangannya menjorok ke dalam perut bukit, sehingga solusi agar sampai ke lokasi, kami harus mendaki.

Memang unik, bahwa hanya ada satu rute menuju kesana, yaitu melewati sebuah desa yang bernama "sama' khorross". Desa ini dihuni orang-orang "zabaliin", mereka orang-orang yang bermata pencaharian mengumpulkan sampah kering dari kota, lalu menimbunya di gudang yang mereka bikin bersebelahan dengan rumah-rumah mereka. Setelah itu sampah-sampah ini akan dipilah-pilah dan dibungkus, lalu dikirim ke pabrik kertas, plastik dan besi untuk di daur ulang.

Orang-orang zabalin mayoritas beragama kristen koptik, agama kristen yang konon orisinalitas dasar-dasar ajaran agamanya masih terjaga utuh  seperti sediakala, persis ketika awal kali Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. (vesrsi mereka) dan belum pernah mengalami perevisian (perubahan) sebagaimana yang terjadi pada kristen di eropa. Sebab itu, orang-orang ini sering disebut kristen Ortodoks (kuno).

Bentuk rumah dan jalan yang familiar dengan kantong-kantong sampah membuat wilayah yang ditinggali para koptik ini dijuluki "garbage city" (kota sampah), lantaran lebih dari ribuan ton sampah tertimbun di zona ini.

Sementara itu, kami melanjutkan perjalanan. Sebenarnya sejak awal memasuki desa sama' kharras, kami hampir tak tahan oleh aroma tak sedap di sepanjang jalan desa tersebut, bahkan rasanya seperti tenggelam di laut sampah. Ditambah dengan topografi jalan desa yang sangat tidak rata dan bergelombang, agaknya menambah rangkaian tantangan dalam petualangan kami kali ini.

Akhirnya kami telah tiba di lokasi. Sesampainya disana, kami mencatat, merekam dan mendokumentasikan lewatan-lewatan sejarah sang gereja tua itu, tanpa harus masuk ke dalamnya.

No comments:

Post a Comment